Kisah Prabu Udrayana Bersaudara, Cicit Pandawa


Kerajaan Miantipura dilanda oleh kemarau yang berkelanjutan. Wabah penyakit dan bahaya kelaparan pun merajalela. Prabu Sulangkara pun resah hingga kemudian ia mendapat jawabannya setelah bersemedi.

Ia kemudian memanggil patihnya, Patih Indrabahu, yang putra angkatnya, Sungging Perbangkara, pandai melukis. Ia kemudian menggambar hutan yang rimbun, kota yang damai dan sawah yang subur. Setelah menggelar pameran yang ditonton para rakyat, maka persyaratan pun  terpenuhi. Hujan deras pun mengguyur, negeri menjadi terbebas dari penyakit.

Kemudian ia diminta menggambar istana dan penghuninya tanpa cela. Yang bikin susah ia tak boleh memasuki istana, sehinggga Sungging menggunakan daya ciptanya untuk berimaginasi. Hasilnya,  bukannya dapat hadiah malah ia dihukum berat karena menggambar Putri Setyawati begitu miripnya.

Hingga suatu saat perbuatan keji sang raja diketahui oleh Prabu Udrayana dan adiknya, Udrayaka. Mereka kemudian meminta pertanggungjawaban raja hingga kemudian pecah pertempuran. Siapa sebenarnya Sungging dan apa yang membuat Raja Hastina itu sangat marah atas perbuatan yang menimpa Sungging Perbangkara.

Kisah itu merupakan kisah pamungkas tiga bersaudara Udrayana, Udrayaka dan Udrasengsana yang merupakan cicit Hastina. Pada jilid terakhir ini mereka bertemu lawan yang sama-sama kuat dimana pertempuran pun berlangsung seimbang.

Cerita cicit Hastina ini lebih menarik dibandingkan kisah Parikesit. Di sini juga ada sosok BangbangKaca yang punya kesaktian mirip leluhurnya, GatotKaca. Ia juga sebelumnya tampil dan ikut berlaga bersama Parikesit.

Gambar buatan RA Kosasih ini detail dan masih bisa dinikmati hingga kini, meskipun didistribusikan tahun 1979. Cocok bagi penggemar kisah pewayangan dan mereka yang ingin tahu lebih dalam dunia pewayangan pasca Pandawa.

Detail:
Judul : Prabu Udrayana
Penulis : RA Kosasih
Genre : Pewayangan

Komentar

Postingan Populer