Cerita Semar dan Togog dalam Wayang Purwa
Semar dikenal sebagai ayah dari punakawan, dimana dikenal sebagai
penasihat sejak leluhur Pandawa hingga generasi-generasi berikutnya. Lantas apa
peran dari para punakawan yang biasanya muncul di adegan goro-goro dan membuat
penonton terpingkal-pingkal? Apakah mereka sekedar pelawak? Siapa juga si
Togog?
Kehadiran Semar, Togog, dan para punakawan di dunia pewayangan sesuatu
yang menarik. Oleh karena mereka hanya muncul di kisah pewayangan ala
Indonesia, sedangkan di versi India sendiri kisah mereka tidak ada. Yang
sebagai penasihat di kisah India hanya Krisna dan Begawan Abiyasa, peran Semar
dan lain-lainnya tidak terungkap. Nah, sebenarnya siapakah Semar, Togog, Gareng
dan kawan-kawannya?
Ini sebuah kisah yang saya sarikan dari buku komik berjudul Wayang
Purwa karya Ardi Soma terbitan Elex Media Komputindo. Saya yakin ada banyak
versi di luar sana tentang asal asal usul Semar dkk. Versi wayang Jawa dan
versi Sunda mungkin juga berbeda.
Oke saya mulai ceritanya. Alkisah Menurut kisah wayang purwa, manusia
pertama adalah Nabi Adam yang berputera Nabi Sis. Nabi Sis ini kemudian
memiliki putera bernama Sanghyang Nurcahya yang kemudian berputera Sanghyang
Nurrasa. Sanghyang Nurrasa kemudian berputera Wenang dan bercucu Sanghyang
Tunggal.
Semar dan Togog awalnya adalah putera dari Sanghyang Tunggal dari Dewi
Wiranti. Ada tiga puteranya yang lahir dimana berbentuk telur. Setelah
bersemedi maka telur itu berubah menjadi bayi yang tampan. Bayi dari kulit
telur bernama Antaga atau Puguh. Bayi berikutnya dari putih telur adalah Ismaya
dan yang terakhir dari kuning telur bernama Manikmaya. Dewa tersebut tinggal di
Jonggringsalaka di Swargaloka di atas Gunung Mahameru.
Suatu ketika Sanghyang Tunggal hendak mewariskan tahta di antara
ketiga puteranya. Antaga dan Ismaya pun berselisih merasa salah satu dari
mereka yang berhak. Mereka berkelahi dan sama kuatnya, hingga suatu saat saling
menantang untuk menelan gunung. Yang terjadi fatal. Mulut Antaga menjadi lebar
dan perut Ismaya menjadi besar. penampilan mereka menjadi buruk rupa dan tak
bisa diperbaiki.
Tampuk kekuasaan berikutnya jatuh ke Manikmaya yang mendapat gelar
Sanghyang Jagatnata atau Surapati. Manikmaya juga memiliki nama lain Guru
(bersemayam di Tengguru) dan Samba juga Sanghyang Otipati (berkuasa menghukum).
Ia juga menerima pusaka para dewa seperti kalaminta, tranggayeni, dan aji
kemayan.
Antaga sendiri berperan sebagai penasihat dan pengritik jika Manikmaya berbuat salah. Setelah Manikmaya
memiliki penerus ia bertugas mengawasi dan menghalangi orang-orang yang berniat
jahat kepada setiap keturunan dewa. Ia mendapat julukan Togog.
Sedangkan Ismaya yang berperut besar mendapat julukan Semar. Ia
bertugas sebagai penasihat raja juga mengasuh keturunannya kelak.
Setelah Manikmaya berkuasa, ada banyak serangan baik dari para jin
maupun dari kerajaan manusia yang kuat. Mereka ingin menguasai Suralaya, namun
berkali-kali berhasil dihalau dan beberapa di antaranya menjadi abdi Manikmaya.
Di antara penyerang itu ada yang berubah menjadi Gareng dan Dawala. Keduanya
diangkat menjadi anak Semar. Keduanya gemar bersenda gurau.
Itulah sebagian kisah dalam Wayang Purwa versi komik, bisa jadi
kisahnya bakal berbeda di tempat lain karena ada yang menyebutkan anak Semar
adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Ada juga yang menyebutkan nama seperti Petruk
dan Bagong. Ada yang menyebut Bagong itu sama dengan Cepot. Ya ya ya ada banyak
versi.
Saya sendiri menyukai kisah ini karena pengetahuan saya tentang wayang
lebih banyak dari kisah aslinya dibandingkan versi wayang purwa sehingga adanya
buku ini menambah khazanah pewayangan serta relatif mudah dipahami.
Komik yang menarik dan bergizi.
Detail Buku :
Judul : Wayang Purwa
Karya : Ardi Soma
Penerbit : Elex
Media Komputindo
Genre : Wayang
Rating : 8/10
Karena saya bukan asli dari Jawa ga begitu paham tentang wayang.Terimakasih Sharing nya.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung mba Ria:)
HapusMemang wayang purwa berbeda dengan versi India dan kaya akan versi, versi Jawa Tengah+Jatim juga sedikit berbeda dengan versi Sunda.saya sendiri juga masih belajar untuk lebih banyak tahu tentang wayang purwa.
ya itulah versi yang aslinya dari Sunda ...heheh
HapusMenarik ya
HapusTapi Semar yg punya cerita paling panjang
BalasHapusHingga jaman narasoma
mantappp...
BalasHapus