Randang Bundo, Khazanah Masakan Rendang dengan Ilustasi Menawan
Rendang memang enak. Selama ini jika aku ingin memasak rendang sendiri biasanya aku membeli bumbunya jadi di pasar. Biasanya penjual bumbu di pasar akan bertanya untuk berapa kilogram daging sapi. Dulu perkilogramnya sekitar Rp10-15 ribu. Nah dari buku Randang Bundo aku baru benar-benar tahu tentang aneka bumbu, cara marandang yang benar, dan variannya.
Bahan utama rendang atau randang adalah daging sapi, cabe merah, dan santan. Nah daging sapi ini di berbagai daerah di Sumatera Barat bisa dialihrupakan dalam bentuk itik, lokan, belut, telur bebek, nangka muda, hingga aneka dedaunan.
Lalu ada bumbu basah dan kering, juga bumbu dedaunan. Bumbu basah terdiri dari bawang merah, bawang putih, lengkuas, dan jahe. Sedangkan bahan kering ada beragam dari ketumbar, cengkeh, jinten, merica, lada, pala, adas manis, dan kayu manis. Bumbu kering ini yang wajib ada adalah pala karena keberadaan bumbu ini juga bergantung selera. Kapulaga dan pekak bisa ditambahkan dan tidak perlu dihaluskan.
Dedaunan yang dibuat jadi bumbu rendang adalah daun salam, daun jeruk, dan serai. Jika rasa ingin lebih kuat maka daun jeruk dan serai bisa diblender.
Marandang sendiri berarti mengolah santan hingga mengalami karamelisasi lalu mengering. Setelah santan keluar minyak dan daging dimasukkan maka langkah berikutnya masakan ini berupa jadi gulai. Ketika warna santan kemerahan ia berubah jadi kalio. Ketika sudah cokelat kehitaman maka itulah randang.
Dalam buku ini juga dibagikan resep. Ada resep randang paru dengan cara memasak paru yang unik dengan menjalinnya dengan benang lalu digoreng sebelum dimasukkan ke dalam santan yang telah kemerahan. Lalu ada randang tumbuak yang seperti bola daging alias bakso dan randang talua alias randang telur bebel yang seperti keripik.
Khasanah randang ini sungguh menarik. Apalagi disajikan dengan ilustrasi dan tata letak yang juga tak kalah menarik. Salut buat Wynda Dwi Amalia yang serius melakukan riset dan berhasil menerbitkannya di bawah Gramedia Pustaka Utama.
Komentar
Posting Komentar