Semangat Feminisme dari "Empat Kuntum Melati"


Buku karya Surtiningsih W.T yang dirilis kali pertama tahun 1973 oleh PT Dunia Pustaka Jaya ini memiliki semangat feminisme. Ini menarik karena latar ceritanya sekitar th 1960-an di kota P yang kutebak kiranya Probolinggo, Pasuruan atau Pacitan karena ada cerita mereka berwisata ke Trowulan yang ditempuh beberapa jam.


Di awal cerita disebutkan di kota tersebut sekolah baru sebatas SMP, SMA belum ada di sana, sepertinya harus ke luar daerah jika ingin meneruskan pendidikan. Ada empat sahabat yang melambangkan empat kuntum melati. Keempatnya Syati, Kani, Rastini dan Rusti dengan sumpah kuntumnya. Mereka adalah gadis remaja yang cerdas dan berkemauan kuat.

Ceritanya dalam buku ini tentang keseharian mereka di sekolah dan di rumah. Ada 11 bab cerita dalam buku ini.

Pesan untuk giat belajar, pantang menyerah dan tak berkasih-kasihan saat masih remaja itu bagus dalam buku ini. Hanya menurutku di sini agak berlebihan unsur feminismenya.

Empat kuntum tak mau menerima bantuan teman prianya, terus bersaing dengan mereka dan ingin tak menikah. Unsur feminismenya jadi terasa berlebihan. Mereka jadi seperti fobia pria.

Plusnya buku setebal 90 halaman ini memiliki ilustrasi sederhana yang menawan. Kita juga mendapat gambaran kota P tahun 60-an yang rupanya kehidupan remajanya sudah diwarnai dengan bioskop.

Pada masa itu di SMP rupanya sudah ada penjurusan bahasa dan sains. Mungkin karena di sana tidak ada SMA sehingga mulai SMP diberikan penjurusan.

Komentar

Postingan Populer