Ayam Jantan Panji Laras dan Balai Pustaka


Balai Pustaka dikenal sebagai penerbit yang berusia lebih dari satu abad. Penerbit ini lahir pada 22 September 1917. Dulu mereka banyak menerbitkan karya sastra sebagai ada istilah angkatan Balai Pustaka pada tahun 1920-an. Nama-nama sastrawan yang beken pada masa tersebut di antaranya adalah Marah Rusli, Abdul Muis, dan Nur Sutan Iskandar.

Selain banyak menerbitkan karya sastra, penerbit ini juga sering menerbitkan cerita rakyat, baik dengan ilustrasi maupun tanpa ilustrasi. Cerita rakyat ini ada yang dari dalam negeri maupun dari mancanegara. Bahasanya dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dicerna. Dulu buku Balai Pustaka banyak dijumpai di perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum.

Aku pernah beberapa kali memborong buku-buku Balai Pustaka di pameran dan promo besar-besaran karena buku-buku mereka jarang dijumpai di toko buku fisik. Salah satunya yang kubeli adalah dongeng Panji Laras dan ayam jantannya.

Cerita Panji Laras sudah kukenal sejak kecil. Hanya ada berbagai versi dan aku mulai lupa dengan detail ceritanya.

Rupanya ceritanya berlatar di Jawa Timur dengan nama rajanya Prabu Jaya Kusuma. Ia punya banyak istri, namun yang paling disayanginya istrinya yang paling cantik. Sayangnya hatinya tak cantik dan ia menuduh permaisuri meracuninya.

Si permaisuri pun diasingkan di hutan, padahal ia tengah berbadan dua. Anak buah raja tak sanggup membunuhnya dan kemudian memilih membawa bukti fisik. Ia menyampaikan kebohongan kepada raja bahwa permaisurinya telah tewas.

Ketika lahir ia diberi nama Panji Laras yang artinya Pangeran Hutan. Ia pandai berkawan dengan hewan-hewan di hutan. Anak permaisuri lalu menemukan telur ayam dan memeliharanya. Ketika sudah dewasa, ia membawa ayam jantannya untuk sambung ayam.

Ehm ceritanya memang memiliki pesan moral. Tapi aku jadi patah hati karena menyangkut tindakan kekerasan pada hewan, meski ayamnya menjadi alat menggapai raja. Duh kenapa harus sambung ayam ya, apakah tidak ada cara lain masa itu? Sepertinya saat itu sambung ayam jadi semacam kebiasaan, hingga raja pun gemar melakukannya.

Meski aku kecewa dan sedih gara-gara kasihan dengan nasib ayam Panji Laras dan ayam-ayam yang dikalahkannya, tapi penutup ceritanya bagus. Ilustrasi buku ini yang digarap Imam Hidayat juga begitu bagus. Andaikata tak ada sambung ayam, maka buku ini bisa dibaca anak-anak.

Seusai membaca buku ini, aku iseng-iseng browsing tentang tokoh Panji Laras. Eh ternyata tokoh ini konon betulan ada.  Makamnya ada di Sampang, Madura. Bahkan artikelnya dimuat di Kemendikbud bulan November 2022, sehingga memang bisa jadi cerita rakyat ini terinspirasi dari tokoh setempat. Ini sebuah info yang menarik.

Detail Buku:

Judul Buku: Ayam Jantan Panji Laras

Diceritakan kembali oleh Zuraini

Ilustrator: Imam Hidayar

Penerbit: Balai Pustaka

Tebal: 20 halaman

Terbit: Cetakan kedua, 2001

 

Komentar

Postingan Populer