Bab 4, 5, dan 6 Buku The Island of Java


Artikel ini melanjutkan artikel sebelumnya yang membahas tentang isi bab 1-3 buku The Island of Java (Sejarah Tanah Jawa) karya John Joseph Stockdale. 

Dalam bab 4 dan 5 ini isinya banyak menyoroti perempuan Hindia Belanda, pernikahan dini, dan gaya bekerja pegawai VOC. Juga dibahas empat pulau yang berdekatan dengan Jaccatra. 

Untuk karakter perempuan di Batavia, sayangnya yang banyak disorot adalah sisi buruknya. Digambarkan mereka sangat pencemburu, suka menyiksa budak tanpa alasan, suka menghabiskan air untuk mandi, dan sangat memperhatikan dandanan rambut. Pernikahan dini saat itu marak. Usia 12-13 tahun sudah banyak dinikahkan, sehingga saat mereka berusia 30 tahun sudah nampak kurang segar.

Jam waktu bekerja pegawai VOC juga menarik. Mereka rata-rata masuk kantor pada pukul 8 pagi. Lalu bekerja sampai 11.00-11.30. Makan siang pukul 12.00. Lalu bobo' siang sampai jam 16.00. Sekitar pukul 18.00-19.00 mereka telah selesai bekerja. Yang lajang masih suka nongkrong hingga pukul 23.00.


Pulau-pulau di Teluk Jakarta

Pulau-pulau di Kepulauan Seribu yang digunakan oleh Belanda ada empat, Cipir, Bidadari, Onrust, dan Edam. Onrust ada benteng dan gudang dan pulau Bidadari alias pulau sakit untuk merawat penderita lepra. Biasanya pegawai bekerja ke Cipir hingga sore, lalu kembali ke Onrust.

Pulau Bidadari menjadi resort (dokpri) 

Dulu saya pernah ke ketiga pulau ini. Untungnya pulau-pulau ini masih terawat baik. Masih banyak sisa peninggalan Belanda di Onrust, Cipir, dan Pulau Bidadari. Pulau Bidadari sendiri berupa resort, bisa bermalam di sini dan tempatnya dikelola dengan baik. 

Nah untuk Pulau Edam aku belum pernah ke sini. Dulu disebut pulau ini sibuk jadi lalu lalang kapal. Ada mercusuar di sini. Pulau ini juga disebut Pulau Damar. 

Pulau Edam atau pulau Damar (sumber: Republika) 


Bab 6 tentang Kematian yang Banyak Terjadi

Lanjut ke bab 6 di sini dibahas tentang banyaknya kematian tahun 1760, penyebab, dan mulai sepinya Batavia. 

Disebutkan sejak tahun 1760 jumlah kematian meningkat, utamanya pegawai VOC. Bahkan ada semacam joke jika bisa bertahan setahun di Batavia tanpa sakit maka itu luar biasa.

Iklim Batavia yang panas dan sirkulasi udara yang buruk menjadi momok bagi VOC. Sungai-sungai kotor, demikian juga tepian pantai dan rawa. Alhasil tak sedikit yang terkena demam dan malaria. Hingga suatu ketika terjadi 6 ribu lebih kematian dengan persentase terbesar dari pegawai VOC. 

Hampir 1/6 pegawai VOC yang meninggal. Karena takut akan kematian, lama-kelamaan Batavia mulai sepi. Kastil Batavia dan rumah-rumah banyak ditinggalkan, mereka berpindah bermukim ke perkebunan.

Kastil Batavia kemudian ditinggalkan (sumber: Perpustakaan Nasional) 


Komentar

Postingan Populer