Buku Ketiga dan Keempat The Island of Java

 

Buku  Ketiga dan Keempat The Island of Java
Ini adalah artikel terakhir yang membahas buku The Island of Java. Dalam buku ketiga dan keempat ini banyak dibahas tentang pesisir Jawa, perkebunan di Jakarta, pembagian kekuasaan di Jawa, karakter dan keseharian orang Jawa dan China. Ada juga bahasan tentang Banyuwangi, Pasuruan, racun upas, serta iklim Jakarta dan Banten yang tak bersahabat bagi para kompeni.


Dalam bab 1 buku ketiga ada beberapa hal yang menarik. Misalnya pesisir Jawa yang kurang tereksplorasi hingga tahun 1775. Ada juga cerita tentang masa keemasan pabrik gula pada tahun 1700an. Pada tahun 1710 ada 130 pabrik gula di Jakarta. Lalu merosot tajam pada tahun1777.

Rupanya ada banyak pabrik gula di Jakarta karena tanahnya yang cocok untuk tebu. Jakarta juga penyumbang kopi dan kapas. Ini sesuatu yang menarik karena ternyata Jakarta atau Jaccatra lampau ternyata tanahnya subur dan kaya akan perkebunan. Jakarta sempat menjadi penghasil besar untuk komoditas gula, kopi, lada, kapas, dan nila.

Bekas pabrik gula saya tak temukan catatannya. Nah tentang kopi rupanya perkebunan kopi pertama ada di Pondok Kopi.

Bab 2 Buku Ketiga The Island of Java
Dalam bab ini dijelaskan tentang pembagian Jawa dan populasinya. Disebutkan pada masa awal kompeni berkuasa, ada tiga kerajaan besar di Jawa. Paling besar adalah kekaisaran Susuhunan alias Mataram. Disusul Jaccatra dan Bantam alias Banten. Setelah Mataram pecah, maka Jawa terbagi lima, Bantam, Jaccatra, Cirebon, Kekaisaran Susuhunan, dan Kekaisaran Sultan.

Dari lima kekuasaan terbagi  lagi jadi 123 provinsi. Tiap provinsi punya sejumlah keluarga. Dari sinilah populasi Jawa dihitung, 1 keluarga asumsinya terdiri dari 5 anggota. Jadi pada 1777 diasumsikan ada 972.084 jiwa. Populasi penduduk Jawa menurun tajam setelah peperangan 1,5 abad yang menelan korban sekitar 1,1 juta jiwa.

Nah di catatan lainnya di kaki buku oleh Valentyn dijelaskan populasi Jawa awalnya sekitar 3.3 juta jiwa. Lalu merosot menjadi kurang dari 1 juta jiwa imbas dari peperangan.

Masa itu ada banyak bajak laut dan aksi penyelundupan. Lalu disebutkan pulau-pulau dan daerah di buku ini: pulau Babi, pulau Selan (Paneitan), kota Samadang, pulau Dwarf, pulau Cap dan Button, sungai Sontar (Sunter), Bacassie (Bekasi), Tjikarang (Cikarang).

Nah ini dari hasil browsing, konon pulau Babi sekarang namanya berubah jadi pulau Tunda. Ini entah benar atau nggak, soalnya belum ada data lainnya. Pulau Selan atau Paneitan (Panaitan) itu lokasinya ada di dekat Ujung Kulon. Indah pulaunya.

Pulau Tunda (sumber gambar: Getlost ID) 

Pulau-pulau lainnya tidak ketemu, mungkin namanya berbeda dengan nama sekarang, atau mereka telah lenyap. Kota Samadang itu apakah Sumedang ya?

Dari buku ini aku jadi tahu Jakarta dulunya begitu subur. Mulai kapan ya Jakarta berubah wujud seperti saat ini?

Buku Keempat The Island of Java
Karakter orang Jawa di sini banyak disebut keburukannya, baik orang biasa maupun pemimpinnya. Tentang orang China, diceritakan tentang beragam tradisinya. Nah bahasan yang cukup panjang dan menerorku di buku keempat ini adalah tentang upas, racun yang bisa membunuh makhluk hidup secara cepat dan menakutkan.

Tentang upas dalam buku ini dibahas panjang. Konon ada sebuah tempat di mana tumbuh pohon upas yang beracun. Tak ada makhluk hidup yang tinggal di dekatnya, udaranya beracun. Disebutkan para tahanan biasanya diberikan tawaran mengambil upas, namun hanya sekian persen yang berhasil.
Mereka meninggal rupanya karena salah memperhitungkan angin. Angin tersebut membawa racun.

Upas sendiri biasanya digunakan di keris, seperti kebiasaan suku lainnya yang menggunakannya di panah. Musuh akan segera tewas, sekitar 15 menit setelah terkena racun tersebut.

Tanaman yang diduga upas (sumber gambar: Historia) 

Bagian berikutnya makin mengerikan karena si penulis dikisahkan melakukan riset upas. Ia mencobai racun ke hewan-hewan. Ini membuatku sangat sedih. Kasihan para hewannya. Ia kemudian berkeliling mencari pohon yang disebut beracun tersebut. Aku patah hati membaca ini.

Tapi rupanya ada hal berbau mitos tentang tanaman beracun tersebut. Ada yang melebih-lebihkannya. Entahlah mana yang benar.
Sisa buku membahas tentang perebutan tahta di Banten, bagaimana kompeni itu benci tapi cinta kepada Batavia, dan bagaimana sebenarnya penjajahan oleh kompeni dari sudut pandang si penulis.

Cukup di sini bahasan tentang buku The Island of Java. Salam pustaka😀


Kredit cover: Detik

Komentar

Postingan Populer