The Island of Java, Bahas Tiap Bab ke Bab (1)

 

Aku langsung tertarik untuk membeli buku The Island of Java  karya John Joseph Stockdale. Awal tahun lalu aku kembali membacanya, lebih perlahan-lahan dan kubuat catatan isiannya. Untuk buku yang ditulis tahun 1760-1811 buku ini bagus dan bermanfaat. Artikel ini ku kumpulkan dadi utas yang kubuat berhari-hari. Tujuannya untuk memudahkan membacanya, sekaligus nanti jadi bahan untuk kubuat ringkasannya. 

Buku ini memiliki tebal 445 halaman dan terdiri dari beberapa bagian. Tiap bagian terdiri dari beberapa bab. Batavia dan Banten menjadi bahasan yang terbanyak. 

Kali ini dibahas bab 1 sampai bab 3. Ada beberapa bagian yang kukomentari, kucocokkan dan kubandingkan dengan kondisi saat ini. 

Yang kulihat kali pertama dalam buku ini adalah peta Jawa masa itu. Nama-nama daerah ada yang sama dengan sekarang, tapi ada juga yang berbeda. Nama daerah yang sama itu seperti Malang, Tuban, dan Rembang. Yang beda seperti Banten itu dulunya bernama Bantam dan Lumajang yang dulunya La Madjang. 

Dalam buku ini juga disinggung pulau-pulau yang membuatku penasaran di sekitaran Selat Sunda. Pulau-pulang tersebut adalah Pulau Pangeran, Sangiang, dan Pulau Ular. Aku belum pernah ke pulau-pulau tersebut, sehingga penasaran seperti apakah gerangan. 

Pulau Sangiang sekarang (sumber: Phinemo) 

Pulau Sangiang yang disebutkan dalam buku ini masih ada. Pulau ini cantik dan bisa jadi destinasi wisata. Pulau Ular di Banten juga masih ada. Gambarnya susah didapat, kalian bisa cari videonya. Sepertinya pulau ini jujugan para mancing mania. 

Tentang Pulau Pangeran, kucek di daftar pulau Banten dan Lampung tidak kunjung ketemu. Apa yang dimaksud Pulau Cangkir ya? Konon bentuk pulau ini mirip cangkir. Di sini ada makam Pangeran Jaga Lautan. Juga ada kawasan hutan mangrove. Dugaanku sih itu. 

Apakah pulau Pangeran itu pulau Cangkir ya? (Sumber: Disbudpar) 

Selanjutnya dibahas tentang pertanian. Produksi pertanian Jawa terbesar pada tahun 1760-1810 adalah lada. Kualitas lada di Jawa terbaik nomor dua sedunia. Berikutnya padi, gula, dan kopi. Kopi sendiri bukan tanaman lokal. Buah di Jawa tercatat ada berbagai jenis. Buah manggis dianggap yang terlezat oleh orang Belanda, sehingga tak heran ketika aku menjadi pemandu wisata orang Swedia, ia begitu penasaran dengan buah manggis yang menjadi buah favorit ratu Belanda. 

Dalam buku ini juga terdapat deskripsi karakter orang Jawa pada umumnya, yang sayangnya disebutkan banyak minusnya. Juga disebutkan baju sehari-hari warga biasa dan mereka yang kaya, termasuk kebiasaan warga lokal pada masa itu. 

Kebiasaan buruk warga era tersebut yaitu sambung ayam dan candu. Mereka mengonsumsi candu hingga seperti orang linglung. Bahkan mereka rela lapar demi candu, sehingga tak heran jika di foto-foto yang mendokumentasikan pecandu masa itu, banyak yang nampak kurus seperti tinggal kulit yang membungkus tulang. 

Bab 3 Bahas Batavia

Dalam bab 3 ini isinya lebih banyak menyoroti kondisi Batavia pada abad ke-18 dan orang China. 

Batavia dulu namanya adalah Jaccatra. Sempat juga mau diberi nama New Horn, diambil dari daerah salah satu Gubernur Jenderal Belanda. Batavia punya benteng, balaikota, dan dermaga. Kota ini sibuk. 

Saat itu kondisi Batavia jauh berbeda dengan sekarang. Sungainya bisa dilayari. Tanahnya subur. Namun kemudian sungai tersebut mengalami pendangkalan, dampak dari letusan gunung berapi. Dari Batavia ke arah selatan bisa dilihat Pegunungan Biru. 

Pegunungan Biru yang dimaksud dalam buku ini apakah Gunung Gede ya? 

Apa yang dimaksud Gunung Biru itu Gunung Gede Pangrango ya? (Sumber gambar: Inews Jabar) 

Hawa di Jakarta menjadi musuh orang Eropa. Mereka lebih gembira tinggal di sekitaran Bogor yang sejuk.

Orang China banyak tinggal di Batavia bagian barat dan selatan. Mereka digambarkan sangat pandai mencari dan mengelola uang. Di sini juga digambarkan keseharian, bentuk rumah, dan lain-lain dari warga Tionghoa. Juga ada info tentang peristiwa berdarah.

Tentang peristiwa berdarah tahun 1740 yang ada dalam buku ini bisa dibaca lebih detail di website Kompas dan sumber lainnya. Nama peristiwanya adalah Geger Pacinan Batavia.

Rupanya sejak dulu sudah ada daerah Mangga Dua. Disebut Mangga Doa karena kanan kiri jalan ini dulu banyak pohon mangga. Tanah Abang juga sudah ada, dulunya bernama Tanabang. Sayangnya tidak ada sketsa atau foto-foto Batavia era abad ke-18 dalam buku ini.

Gambar buku: dokumen pribadi

Ok sampai sini di sini dulu bahasan The Island of Java. Lain kali disambung. 


Komentar

Postingan Populer