"Lagak Jakarta Edisi Koleksi Jilid I" untuk Mengingat Jakarta

 


Omong-omong tentang komik Indonesia, salah satu yang kusuka adalah komik Beni dan Mice. Aku suka sekali. Selain karena ceritanya itu seputar keseharian, juga kedua karakternya yang kocak dan bisa dijumpai sehari-hari. Kali ini aku ingin mengupas tentang karya mereka yang berjudul "Lagak Jakarta Edisi Koleksi Kartun Jilid I".

Komiknya masih sama gayanya. Bagi Kalian yang sudah membaca karya-karya Benny Rachmadi dan Muhammad Misrad sebelumnya, maka tentu sudah hafal dengan grafis atau gaya coretannya. Karakternya di komik juga tetap sama Beni lebih sok bijak dan Mice itu lugu.

Aku puas tertawa membaca komik ini. Karena sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Jakarta maka cerita-cerita dalam komik ini terada relevan. Aku jadi seperti merasai apa yang terjadi atau apa yang dialami oleh karakter di komik ini.

Komik ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Ia dirilis kali pertama tahun 2007. Ada empat bagian dalam komik ini: trend dan perilaku; transportasi; profesi; dan the making of lagak Jakarta. Halamannya lumayan tebal yakni 319 halaman. Tapi tenang saja karena komik dan ceritanya lucu maka tidak sampai sehari bukunya juga tamat.

Bagian pertama, "Trend dan Perilaku" adalah karya Mice. Ada cerita tentang gaya hidup berhenpon di ruang publik yang mulai mengganggu. Misalnya kumpul-kumpul tetap sibuk dengan hapenya. Menyeberang jalan sambil tetap berhape dan sebagainya.

Juga ada sindiran tentang kebiasaan orang Jakarta yang doyan belanja dan banci diskon. Mereka bisa kalap dan rela rebutan saat berbelanja demi mendapatkan barang diskonan.

Tren ketiga yang dibahas adalah kartu kredit. Banyak yang terikat dengan kartu kredit seolah-olah ia adalah tambahan uang sehingga memiliki gaya hidup hedon. Padahal kartu kredit adalah utang.

Bagian kedua "Profesi" adalah karangan Beni. Ada cerita tentang pedagang asongan yang gigih berjuang. Mereka menawarkan dagangan mulai dari permen, tisu, air mineral hingga barang-barang seperti mainan dan poster.

Di Jakarta juga bisa ditemui tukang setrika yang setiap hari bekerja bisa di beberapa rumah. Ada jasa tukang ketik skripsi, sales, pedagang loakan di Poncol dan masih banyak lagi.

Cerita dan gambar di komik ini bikin aku nyengir. Selebihnya bikin aku puas tertawa geli.

Saat ini memang banyak yang berubah di Jakarta, terutama soal transportasi dan profesi. Sehingga, komik ini bisa jadi salah satu alat dokumentasi sejarah Jakarta masa 1997 hingga sekitar tahun 2017 ketika Kopaja mulai makin jarang ditemui di jalanan.

Komentar

Postingan Populer