Cerita Tentang Kolam dari Eyang Sapardi


Sapardi Djoko Damono hingga akhir hayatnya banyak melahirkan puisi dan prosa. Selain puisi model konvensional, eyang Sapardi juga suka menyusun baris-baris puisi modern yang tak terlalu mengindahkan rima juga tak terlalu ketat batas antara puisi dan prosa. Salah satu buku kumpulan puisi modern dan konvensional yang enak untuk dinikmati adalah "Kolam". 

Dalam buku yang dirilis tahun 2017 ini terdapat 51 puisi yang terbagi menjadi tiga bagian. Salah satu bagiannya adalah seloka yang menggunakan unsur seperti puisi konvensional pada umumnya, dengan berpegang pada rima. 

Sampul buku ini dominan putih dengan ilustrasi kolam berwarna hijau. Sederhana, minimalis, dan elegan. 

Aku langsung jatuh cinta dengan cuplikan isi buku ini yang tertera di sampul belakang buku (bulk). Tentang puisi pintu. 

"Pagi dikaruniai oleh banyak pintu dan kita disilakan masuk melewatinya kapan saja.

Malam diberkahi begitu banyak gerbang dan kita digodanya untuk membuka dan keluar untuk bisa ke Sana.

Tidak diperlukan ketukan

Tidak diperlukan kunci

Sungguh tidak diperlukan selamat datang atau selamat tinggal" (Pintu - Sapardi)

Puisi-puisinya sebagian di antaranya lugas, mudah untuk dimaknai. Ia tidak banyak menggunakan bahasa simbol dan bahasa yang berbunga-bunga. Banyak puisi yang merupakan kisah-kisah yang bisa ditemui dalam keseharian. 

Satu lagi puisi yang bagiku menarik, puisi modern, terasa seperti prosa. Puisi tentang penjual pisau. Aku langsung tersentil dan membayangkan si penjual yang menawarkan pisau dan dagangan lainnya yang disebut perabot. 

Si pedagang selalu menunduk dan jarang berkata untuk menawarkan dagangannya. Si pedagang yang suka berkata sila saja pisaunya ditawar harganya. 

Membaca ini aku jadi merasa sentimentil. Aku jadi sedih. Aku sering melihat penjual pisau atau juga pedagang perabot yang memasuki gang demi gang rumah. Kadang-kadang saja dan begitu jarang aku membelinya. 

Puisi tentang "Kolam" cukup panjang, membahas dari daun, ikan, dan kolam yang ada di sebuah tempat dari sudut pandang masing-masing. Dengarlah bagaimana daun, ikan, dan kolam bercerita. 

Kumpulan puisi ini rata-rata pendek dan tak berkaitan satu sama lain. Isinya termasuk ringan dan mudah dipahami. Hanya dalam kurun 30 menitan kalian bisa menyelesaikan buku ini. 

Enak untuk dibawa dan dibaca di dalam kereta atau ketika sengang atau saat-saat menunggu. 

Jadi sudahkah Kamu berfiksi hari ini?


Komentar

Postingan Populer